Minggu, 29 Juli 2018

Diagnosis penyebab perubahan warna tinja

Evaluasi perubahan warna tinja biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik menyeluruh dan riwayat medis pribadi. Dokter mungkin bertanya tentang asupan alkohol, merokok, dan kebiasaan lain. Riwayat keluarga dari setiap kanker, terutama hati atau pankreas, atau masalah pendarahan dapat membantu. Peninjauan kembali obat-obatan yang dapat mempengaruhi warna tinja, termasuk obat-obat OTC (over-the-counter), juga penting. Setiap perubahan kebiasaan buang air besar (sembelit, diare, dan perubahan frekuensi) atau gejala yang berkaitan (nyeri dengan atau tanpa makan, mual, muntah, penurunan berat badan, dll) dapat memberikan petunjuk dalam mengevaluasi penyebab perubahan warna tinja.

Tes diagnostik untuk menemukan penyebab perubahan warna tinja biasanya dimulai dengan tes darah termasuk hitung darah lengkap (CBC), kimia darah, enzim hati (panel metabolik komprehensif atau CMP atau SMA 19), dan tes pembekuan darah (tes koagulasi). Tes-tes ini dapat membantu mendiagnosis anemia, penyakit hati, penyakit kandung empedu, atau kondisi-kondisi mendasar lainnya yang mungkin bertanggung jawab atas perubahan warna tinja. Enzim pankreas (amilase dan lipase) juga dapat diukur untuk menentukan apakah penyakit pankreas mungkin ada. Kerja darah khusus untuk penyakit celiac, penyakit hati, dan cystic fibrosis juga dapat dievaluasi jika ditentukan sesuai oleh dokter Anda.

Jika pendarahan dari lambung atau usus dicurigai tetapi tinja tidak tampak hitam, merah, atau merah marun, maka tes darah tinja gaib (jumlah kecil darah yang tidak menyebabkan warna tinja berubah banyak) dapat dilakukan. Tes ini tinja langsung untuk darah dengan pewarna (tes darah okultisme tinja atau FOBT). Tes darah tinja okultis bergantung pada reaksi kimia antara larutan (yang disebut guaiac) dan hemoglobin dalam sampel tinja.

Di hadapan hemoglobin, tetes larutan akan mengubah sampel tinja (dioleskan ke kertas khusus yang bereaksi secara kimia dengan larutan) biru. Tes ini adalah bagian dari rekomendasi untuk skrining untuk kanker usus besar, meskipun dalam praktek klinis sering digunakan untuk menentukan apakah ada perdarahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal. Selain tes menggunakan guaiac, ada tes imunologi untuk darah dalam tinja yang menggunakan antibodi untuk hemoglobin untuk mendeteksi darah.

Metode untuk mengevaluasi perubahan warna tinja adalah endoskopi saluran cerna bagian atas (esophago-gastro-duodenoscopy atau EGD), dan kolonoskopi. Tes-tes ini dilakukan oleh gastroenterologists untuk melihat ke dalam esophagus dan perut (EGD) dan usus besar (colonoscopy) dengan kamera video untuk mendeteksi sumber perdarahan atau kelainan lain yang dapat menjelaskan perubahan warna tinja. Jika perlu, biopsi dapat diambil dengan teknik ini. Kolonoskopi dengan biopsi juga dapat membantu dalam mendiagnosis kondisi seperti penyakit celiac.

Tes endoskopi yang lebih canggih untuk mencari obstruksi duktus biliaris atau pankreas dilakukan dengan kolangio-pankreatografi retrograd endoskopik atau ERCP. Tes ini dilakukan seperti EGD kecuali bahwa selama pewarna tes disuntikkan ke dalam saluran empedu dan pankreas untuk melihat dengan sinar-X untuk obstruksi saluran.

Studi pencitraan lain kadang-kadang diperlukan untuk menemukan penyebab perubahan warna tinja. Komputerisasi tomografi (CT scan) sering dipesan oleh dokter jika perubahan warna tinja diyakini terkait dengan kanker yang mendasari, penyakit pankreas, atau kondisi obstruktif dari saluran empedu dan kandung empedu. Ultrasonografi abdomen sering digunakan dan merupakan tes yang relatif murah dan andal untuk mengevaluasi batu empedu atau sumbatan kantong empedu. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) perut kadang-kadang dilakukan untuk melihat lebih dekat pada penyakit obstruktif dari saluran empedu atau pankreas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar